Selasa, 01 November 2011

50 TAHUN LEMBAGA PURBAKALA INDONESIA (RESUME)

PENDAHULUAN

               Surat keputusan Pemerintah tanggal 14 juni 1913 no. 62 menandai berdirinya “ Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch – Indie”  sebuah jawatan purbakala (badan purbakala) yang menggantikan “Commissie in Nedelandsch – Indie voor oudheidkundig onderzoek op Java en Modera” yaitu badan panitia sementara pada tahun 1901 yang terdiri atas tiga orang yang ketuanya pada saat itu bernama Dr. N.J Krom yang menyadari bahwa tanggung jawab yang diberikan tidak munkin dilaksanakan oleh suatu badan yang bersifat sementara.Karena ia sadar bahwa tugas tersebut harus disertai penyelidikan, penelitian yang mendalam, dan harus didasari oleh keilmuan yang khusus. Oleh sebab itu ia melakukan penyelidikan ke daerah Birma, India, dan Hindia-Belakang karna disana sudah terbentuk organisasiyang bekerja secara sempurna, sehingga ia berkeyakinan bahwa tugas yang diberikan kepadanya harus dilaksanakan oleh suatu badan pemerintah yang tetap.

Masa permulaan
                 Tugas badan purbakala yang diketuai oleh Krom adalah menyusun, mendaftar, dan mengawasi peninggalan-peninggalan purbakala di seluruh kepulauan , membuat rencana serta mengambil tindakan-tindakan bahaya runtuh yang lebih lanjut, melakukan pengukuran, dan penggambaran serta melakukan penelitian kepurbakalaan dalam arti yang luas misalnya efigrafi. Rumusan ini menggantikan Commissie dahulu yang tugasnya menyusun uraian-uraian berdasarkan berdasarkan ilmu purbakala dan seni yang meliputi peninggalan-peninggalan purbakala di Jawa Timur.
               Disamping tugas baru dalam jawatanya, ia tidak lupa meletakkan dasar-dasar organisasi baru yang akan menjamin terlaksananya tugas itu dengan baik. Selanjutnya memperbesar jumlah  tenaga ahli dengan mengangkat kepala Jawatan yang didapat menjelang tahun 1914 yang bernama Dr. F.D.K Bosch, kemudian mengankat kepala tehnik dari mantan Commissie  bernama Leydie Melville dan di bagian penggalian,penggambaran serta usaha penyelamatan bangunan purbakala ia mengangkat P.J. Perquin dan J.J de Vink ( yang membantu Vart Erp dalam pemuggaran Borobudur, meyelidiki, mendaftar, dan mendokumentasikan peninggalan di Sumatra Utara seperti di Pase, Pidie, Aru, Langkat dan Baros ). Khusus untuk kepurbakalaan Islami Krom mengangkat P.J Moquette yang menjadi ahli Numismatik ( mata uang kuno ) dan untuk mendaftarkan peninggalan-peninggalan purbakala residen demi residen ( pembuatan invcentaris ) Ia mengangkat Sell yang dahulunya pembantu Knebel yang dahulunya pekerja Commissie.
                 Pada tahun 1915 krrom pergi ke negeri belanda.Ia bermaksud cuti, tapi ia tidak kembali sehingga ia hanya dua tahun memimpin jawatan yang di didirikanya. Namun demikian bayak hasil yang dicapai oleh krom antara laing:  menjamin kelansungan hidup jawatan purbakala, menyelesaiakan penyusunan daftar peninggalan-peninggalan purbakala di seluruh Indonesia (meskipun sifatnya hanya sementara), menemukan berbagai temuan baru untuk memperluas daftar peninggalan purbakala tersebut, dan juga pengetahuan tentang sejarah kuno dan ilmu purbakala Indonesia ( misalnya temuan dan penggalian  candi tikus dan majapahit serta temuan beberapa arca perunggu di Nganjuk), menerbitkan naska dan catatan Brandes sewaktu hidupnya diantranya Oud javaansche Oorkoden (piagam Jawa kuno). Krom juga menerbitkan karangan lepas terutama dalam bidang epigrafi yaitu Ephigraphische Aanteekenningen (Catatan-Catatan Epigrafi), memperbaiki beberapa peniggalan purbaka di Banten, di Jawa Timur di abadikan dan dilakukan penggambaran oleh Perquin, sedangkan di dataran candi Dieng diperbaiki dan diselidiki oleh Leyde Merville. Di samping itu krom Krom membuat buku untuk pekerjaan sejarah kuno dan ilmu purbakala Indonesia diantaranya : Monografi tentang Candi Borobudur yang tebalnya 800  halaman  polio dan yang dilengkapi dengan 3 “kasur” berisi gambar dan foto-foto mengenai seluruh bangunanya yang selesai disusun pada tahun 1918 dan diterbitkan pada tahun 1928, “Inleiding tot  de Hindoe-Javaansche Kurts” yang meliputi kira-kira 900 halaman (1919) halaman, dan “Hindoe-Javansche Geschiedienis” yang tebalnya 500 halaman (1926).
Perkembangan di bawa pimpinan Bosch
               Bosch diangkat sebagai kepala jawatan pada pertengahan tahun 1916 setelah Krom pergi. Bosch memeimpin Oudheidkundige Dienst  selama 20 t                                              ahun.Ia mempergunakan kedempatan yang baik itu bukan hanya mengkonsolidasi Jawatanya , tetapi lebih-lebih hanya untuk memberikan tempat yang mutlak dalam Pemerintahan sebagai badan ilmiah yang khusus bertugas untuk memelihara dan menyelamatkan peningalan purbakala di Indonesia dalam dunia ilmu pengetahuan.Setelah pengangkatannya Bosch melepaskan diri sebagai pembantu krom dengan cara menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang masi tertinggal.Ia lebih tertarik pada bagian bagaimana peninggalan purbakala itu berfungsi sebagai unsur yang hidup dalam alam pikiran Indonesia yang harus di cari nilainya bagi kebudayaan Indonesia yang akan datang. Dari hasil pemikiranya tersebut diperolehla dua busaha yaitu : Penyelidikan  yang mendalam terhadap peranan unsur-unsur Indonesia dalam membangun monumen-monuman yang begitu megah dan indah, dan mengembalikan kemegahan dan keindahan bangunan yang telah runtuh  itu dengan jalan membina kembali setelah  merekonstruksi di atas kertas yang dapat dipertanggung jawabkan.
               Bosch berhasil menuangkan pemikiran dan penelitianya ke dalam “Een hypothese omtrent the oorsprongder hindoe Javaansche Kunts” (1919) yang membentangkan terjadinya kesenian “jawa-hindu”, dan untuk pertama kalinya mengungkapkan peranan bangsa Indonesia sebagai pencipta bangunan candi, jadi berlawanan sekali pemndapat sebelumnya yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia hanya menjadi kulinya belaka daripada pembangunan bangunan itu. Bosch berhasil mengali dua kenyatan dari candi-candi yang tua yaitu bahwa dari segi arsitektur candi-candi tersebut tidaak mewakili seni bangunan yang angat tinggi, sedangkan ukiran-ukiran dan hiasan pada candi tersebut merupakan hsail seni yang sempurna. Hal ini sesuai dengan kenyataan sebelum kebudayaan Indonesia mendapat pengaruh hindu, contoh seni bangunan dalam jaman prasejarah hampir tidak ada, dan punden berundak-undak memang tidak dibanggakan sebagai kemegahan arsitektur, sebaliknya nilai senihiasnya sangat terkemuka. Dihubungkan kenyataan , bahwa candi-candi yang tertua tersebut tepat benar mengikuti segala peraturan dan ketetapan sebagaimana yang tercantum dalam kitab silpasastra, dalam kitab tersebut member kebebasan dalam hal seninya. Maka Bosch menarik kesimpulan bahwa bangsa indomesia sendiri yamg membangun candi-candi itudalam bidang tehnik dan arsitekturnya dibimbing oleh silpasastra, dann dalam bidang seni  hiasnya mengembangkan bakat serta kemanpuan sendiri.
               Bosch menjadin perintis ke arahperkembangan baru dari ilmu purbakala Indonesia yang lebih mendekatkan jawatanya kepada masyarakat.hal ini menyimpang dari pendirian Krom yang mengkendaki bahwa ilmu purbakala adalah ilmu pengetahuan belaka oleh karena itu jawatan purbakala adalah badan ilmiah semata-mata, sehingga terjadi pertentangan yang sengit olehb kedunya. Dalam menyelesaikan pertentengan tersebut pemerintah membentuk suatu panitia khusus yang tugasnya melakukan penelitian yang sedalam-dalamnya mengenai persoalan tersebut. Ketika itu Bocsh telah berhasil melakukan rekonstruksi terhadap Candi Naga dan Candi Angka Tahun dari gugusan Panataran (1917 dan 1918), Petirtaan dekat gugusan Penataran (1919), Candi Palumbangan (1921) dan giat merekonstruksi Candi Ngawen, Candi induk gugusan laro jonggrang dan Candi merak. Sebenarnya yang menjadi sumber pokok dari kehebohan itu adalah usaha-usaha untuk merekonstruksi terhadap Candi Siwa (induk) dari gugusan Loro Jonggrang karena disini banyak sekali soal-soal yang prinsipil yang timbul lagi, lagipula pekerjaan ini sangat besar sekali. Di suatu sisi Bosch ingin merekonstruksi bangunan itu dan memasang bagian candi yang jatuh yang di timbun tanah di sisi laing Krom menganggap itu adalah untuk memalsukan sejarah karna ia menganggap semua itu adalah  ilmu ilmiah semata. Pada perselisihan ini Bosch menang karena panitia yang di bentuk pemerintah menilai bahwa rekonstruksi yang  dilakukan oleh Bosch dapat dipertanggungjawabkan dan keyakinan penitia atas pendapat Bosch yang menyatakan ada hubungan yang masi hidup antara alam pikiran Indonesia sekarang dan masa silamnya.
               Setelah itu timbullah minat di luat  jawatan purbakala  yang sangat besar, atas prakarsa Ir. H. Maclaine Pont pada tahun 1924 atas persetujuan Jawatan Purbakala didirikanlah “Oudheidkundige Vereeniging Majapahit berkedudukan di Trowulan untuk menyelidiki ibukota Majapahit.Disamping itu pemerintah mendirikan A.M.S (1926) di solo atas gagasan Bosch yang berpungsin di bidang pengajaran  dimana sastra dan Sejarah Kebudayaan Indonesia menjadi mata pelajaran yang pokok. Sementara itu rekonstruksi yang dilakukan terhadap candi Ngawen dan candi merak, namun rekonstruksi kedua candi ini sama-sama tidak memuaskan salah satu candi direkonstruksi diatas kertas tapi batu-batunya tidak cukup untuk membinanya kembali walaupun dari segi ilmiah candi merak dapat dipertanggung jawabkan. Jalan tengah rekonstruksi  dap[at kita dapatkan pada rekonstruksi candi Badut di dekat Malang (1926) dimana rekonstruksi diatas kertas dapat semua di usahakan tetapi pembinaanya dilakukan sebagian saja yaitu pada bagian yang susunanya tapat dan batu-batuanya  asli. Rekonstruksi yang memuaskan dan dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi terdapat pada rekonstruksi candi perwara.
               Usaha merekonstruksi dan pembinaan kembali dilakukan sebagai lanjutan penggalian dan penyelidikan  di lapangan. Hal ini berarti tugas jawatan purbakala, terutama staf ahli dan staf tehnikharus banyak berada di lapangan dan melakukan perjalanan dinas secara terus menerus disamping itu tugas yang laing adalah membuka perspektif-p erspektif baru yang tak diduga sebelumnya. Seperti perjalanan P.V van Stein Callenfels ke Sumatra pada tahun 1920 tepatnya di Medan ia menemukan peninggalan yang masih asing bagi Indonesia yaitu bukit-bukit kerang dimana ia juga menemukan alat-alat batu.  Oleh karena itu  ia menjadi perintis dalam lapangan parasejarah Indonesia juga dalam ilmu yaitu adanya ilmu parasejarah  Indonesia.
               Demikianlah maka di bawa pimpinan Bosch Jawatan Purbakala telah mencapai kedewasaanya baik dalam bidang pekerjaan maupun dalam perumusan tugas serta organisasi, lebih-lebih lagi ketika setelah bertahun-bertahun diusahakan akhirnya dalam tahun 1931 dapat di undangkan monumenten-ordonantie (staatsblad 1931 no. 238)yang menjamin pengawasan dan perlindungan peninggalan purbakala.Namun pada tahun 1932 terjadi penyempitan lapangan kerja, karna pada waktu itu Terjadi jaman malaise  yang memaksa Pemerintah melakukan penghematan besar-besaran dalam bidang keuangan.Sejak saat itu pula semua pekerjaan Jawatan Purbakala yang tidak mendesak harus diberhentikan, disammping itu kekecewaan Bosch bertambah saat terjadikebakaran yang hebat di Paris yang menyebabkan kepurbakalaan Indonesia yang dipertontongkan habis menelan semua benda pameran termasuk patung-patung emas,perunggu dan batu beserta benda-benda purbakal lainya. Demikianlah tahun-tahun terahir pimpinan Bosah tidak hanya ditandai kesuksesan namun juga kemalangan.
Jawatan Purbakala di bawah Stutterheim
                Pertengahan tahun 1936 Bosch cuti ke negeri Belanda, kemudian mengundurkan diri dan tidak akan kembali lagi. Maka digantikan Dr. W.F Stutterheim sebagai kepala jawatan. Pada masa kepemimpinaanya terdapat kesulitan di bidang tenaga ahli, paling sedikit ia menginginkan tambahan ahli-ahli khusus dalam bidang : islamologi, sinologi, keramologi, sejarah kesenian, dan dalam bidang kimia (chemical archaeology sebagai cabang yang terbaru dan teryata memang sangat penting untuk penelitian mineral, bahan-bahan dan untuk pemeliharaan) agar tidak ketinggalan dari luar negeri. Ditambah lagi tidak adanya ahli purbakala yang mewakilinya dan menjadi penggantinya sebagai kepala Jawatan dan terus menerus menggangu pikiranya yaitu kurangnya tenaga ahli yang dapat khusus ditugaskan di Sumatra. Ia baru menghentikan usahanya setelah nyata kemustahilan ketika pecah perang dunia ke-II. Meskipun begitu  bayak juga yang dikerjakan stutterheim dalam masa kepemimpinanya dalam Jawatan purbakala antara laing pembinaan kembali candi Siwa (1938), pada tahun 1936 dilakukan penggalian terhadap candi Gebang  dan selesai dilakukan pembinaan pada tahun 1939, penyelidikan terhadap candi Wukir, melakukan pembinaan di berbagai tempat seperti di Penanggungan (1936-1939), di Sumberawan (1937-1938), melakukan rekonstruksi di atas kertas di Ratuboko (sejak 1938) dan candi Jawi(1938-1941), perbaikan dan pembinaan kembali candi Singosari ( selesai 1937),gapura di Madura 1936-1940. Di Cirebon perbaiakan terhadap penyimpanan barang-barang di Gunung Jati, gapura sunyaragi dan masjid panjunan (1938-1941). Di Makassar perbaikan benteng Ujung Pandang oleh yayasan Ford Rotterdam (1937-1939) demikian juga di kesultanan Yogyakarta dilakukan perbaiakan terhadap taman sari dan Gedong panggung (1938).
              Di bidang prasejarah dillakukan penyelidikan di Sul-Sel, Bojonegoro, Bondowoso dan Flores.di samping itu usahanya melokalisasi kerajaan Medang dilakukan penyelidikan keramik di sekitar Pranbanan (1939) dan di daerah Grobongan-Blora (1940). Dari penyelidikanya diperoleh kepastian bahwa daerah sekitar Gunung Muria dalam abad ke 8-9 adalah pulau tersendiriyang terpisah dari pulau Jawa. Dengan usahanya ini maka stutterheim dapat memasukkan keramologi kedalam ilmu purbaka Indonesia.
Jaman pemerintahan Jepang   
               Dengan runtuhnya pemerintahan Kolonial Hindia Belandapada tanggal 8 maret 1942hilanglah pulah tenaga inti dari Oudheidkundige Dients, yaitu dengan ditawannya semua tenaga bangsa belanda.Stutterheim kemudian dilepas lagi selama beberapa bulan dengan mendapat tugas dari Jakarta untuk menyusun laporan dan saran-saran tertulis tentang usaha pemeliharaan peninggalan benda purbakala, sampai ia meninggal pada bulan September 1942.
                Pada jaman pemerintahan jepang banyak gedung bagian purbakala dirubah fungsinya seperti kantor pusatnya di Jakarta  menjadi kantor-kantor urusan barang barang purbakala yang namanya masih hidup tetapi nyatanya  sudah jadi lumpuh dan mati maka berhentilah kantor purbakala itu sebagai tempat research kepurbakalaan karna semakin kurangnya tenaga ahli. Dari pemerintah jepang sendiri tidak ada upaya untuk membimbing dan mendidik bangsa Indonesia. Bimbingan dari Dr. Poerbatjaraka sangat terbatas sekali, baik mengenai waktunya maupun mengenai bidangnya. Ditambah lagi dengan diubahnya status bagian bangunan di Prambanan menjadi kantor tersendiri dengan kedudukan di Jogjakarta. Maka kantor di Jakarta berhenti sebagai kantor pusat. Keadaan ini disebabkan karena fkerja lapangan memang selalun dilakukan oleh orang-orang kita sendiri yang serta kepandaian khusus sedangkan tenaga-tenaga tehnik menengah di bawah pimpinan sdr Suhamir masih utuh. Maka hilanglah pimpinan bangsa Belanda yang menandakan berhentinya pekerjaan. Di samping itu pembinaan dan pelestarian dilakukan juga pada sebuah candi Perwara dan bangunan stupa digugusan plaosan lor (1943). Dari kepurbakalaan Islam dapat pula diselesaikan perbaikan-perbaikan terhadap makam Sunan Drajat di Tuban (1944).
Dapat dikemukakan bahwa dalam jaman pemerintahan Jepang kita telah mendapatkan pelajaran yang sangat berguna di Borobudur. Seorang pembesar Jepang di Magelang mengetahui bahwa di belakang timbunan batu-batu yang mengelilingi kaki Candi ada relief-relief yang melukiskan adegan karma Wibhangga kemudian pekerjaan ini dilakukan secara ceroboh yaitu asal bongkar saja  dan tidak dapat di kembalikan ditempatnya yang asli. Maka untuk menutupi kecerobohan tadi para petugas merapikan bagian yang terbuka.
Pekerjaan kepurbakalan dalam alam merdeka
               Meledaknya revolusi Indonesia pada hari diplokmirkannya Negara Republik Indonesia. Maka pekerjan kepurbakalaan memasuki babakan baru lagi. Dan seiring dengan jalannya revolusi pekerjaan tersebut mengalami perubahan dan perrkembanganyayang sejalan dengan babak yang dilalui revolusi fisik Jawatan Purbakala menghadapi berbagai pergolakan dan perubahan yang langsung mengenai tubuh serta peralatannya. Demikian maka dengan “Jawatan Urusan Barang-Barang Purbakala” kantor pusat di Jakarta  tinggal 1 tenaga ahli yaitu Sdr. Amin Soendoro, yang sudah bekerja sejak jaman jepang. Pada bulan desember 1945 kantor telah di duduki oleh orang Belanda dengan melakukan arsipan sejarah, perpustakaan dan dokumentasi kemudian dipindahkan ke museum. Kira-kira 2000 potongan gelas yang negatif hilang pada proses itu. Lembaga admistrasi belanda setuju dan berusaha untuk menghidupkan kembali perkembangan arkeologi. Pada saat itu dikepalai oleh prof. Dr. Bernet Kempers, ketika Van Romondt membuka kantor di Makassar. Kepala kantor admistrasi belanda itu melakukan kegiatanya  di Sulawesi Selatan dan Bali. Sementara kantor di Pranbanan melanjutkan kegiatan pemugaran pada candi siwa dan melakukan penggalian di Plaosan bagian utara. Yang mana berhenti ketika Yogyakarta dikusai oleh belanda pada tahun 1948 tepatnya pada tanggal 19 Desember.
Menjelang masa datang
              Setelah 10 tahun lamanya 1953-1963 mencoba dan mengukur kekuatan sendiri untuk melaksanakan tugas kepurbakalaan . Dapatlah dinas Purbakala dan Peninggalan Nasional menghadapi masa depanya dengan penuh harapan. Proyek pertama yang dilakukan adalah perbaikan candi Borobudur dengan cara memperbaiki pengukurannya dan perenovasian, proyek ke-2 adalah penggalian besar-basaran terhadap bekas ibukota majapahit dengan tujuan menampakkan kembali satu-satunya ibukota jaman purba yang diketahui sisa-sisa dan letaknya dan untuk menghadapi penggalian liar oleh penduduk. Proyek ke-3 adalah penggalian besar-besaran dalam bidang parasejarah yaitu yang sudah terpilih sebgai hasil survei, ialah daerah Bekasi- Krawang- Cikampek, daerah Sangiran, daerah gilimanuk dan di pulau Flores. Dari ke-empat tempat tersebut daerah Sangiran sudah dijadikan joint project antara dinas purbakala dan peninggalan Nasionalorak , Direktorat Geologi Bandung dan Universitas Gajah Mada, yang akan segera akan dilaksanakan penggalian yaitu daerah  Gilimanuk yang tidak begitu luas dan diharapkan dapat diselesikan secepatnya. Proyek yang ke-4 adalah penelitian kembaliseluruh bahan-bahan epigrafi, yang sebagian sudah diterbitkan  tetapi sesungguhnya hanya setengah-tengah, lagipula belum sistimatis.
            Melakukan suatu usaha dalam suatu penggalian,survei dsb, atau modernisasi cara-cara kerja  terutama di lapangan. Sampai sekarang pekerjaan masih dilakukan dengan cara dan alat yang masih mengikat pada jamanya terlalu sederhana misalnya : mengankut batu dengan tenaga manusia, membuang air saat penggalian dengan cara menimbah, survei dengan melihat-lihat, tanya-tanya dan coba-coba menggali, membersihkan candi dengan tangan dan spu lidi, dan masih banyak yang menunjjukan seberapa jaauh ketinggalan kita mengingat pesatnya kemajuan teknologi yang hasilya dapat dipergunakan bagi keperluan kepurbakalaan. Sebagi contoh survei udarah, di Indonesia belum dipergunakan, sedangkan di luar negeri termasuk cara kolot meskipun semakin terdesak oleh Geo-electric prospecting. Penentuan umur dengan radio-karbon (Cl4) yang di Indonesia masih asing, sudah pulah didampingi cara baru yaitu flour (F).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar