Senin, 28 November 2011

Siri : Bugis-Makassar

Siri : Bugis-Makassar

Siri : Bugis-Makassarmks


Sebenarnya, Siri’ tidak hanya dikenal dalam wacana budaya Bugis-Makassar, tetapi juga di kalangan Suku Toraja dan Mandar yang mendiami daratan Sulawesi Selatan. Kendati demikian, dalam buku ini, dengan tidak mengurangi eksistensi dua suku bangsa lainnya di daerah ini, hanya mengetengahkan suku Bugis-Makassar. Telah lama orang-orang Bugis-Makassar memegang teguh Siri’ (rasa malu / harga diri). Bahkan Siri’ sudah merupakan inti kebudayaan Sulawesi Selatan. Menjadi inspirasi dari setiap gerak langkah orang-orang Bugis-Makassar kapan dan di manapun dia berada. Sebagai inti kebudayaan, Siri’ jelas tampak dalam karakter dan kepribadian orang-orang Bugis-Makassar. Meski begitu, ada kecenderungan Siri’ mengalami penyempitan makna dan makin kabur aplikasinya di tengah masyarakat sendiri. Akibatnya, Siri’ kadang terlupakan dan dikesampingkan dalam soal-soal pelayanan publik. Kondisi ini menimbulkan bertambahnya pelaku kejahatan korupsi, misalnya. Mengapa? Karena Siri’ hanya diidentikkan dengan pertumpahan darah. Siri’ dalam konteks ini tampaknya baru berlaku ketika seseorang sudah menganggap dirinya dipermalukan. Padahal sesungguhnya, dengan berlaku baik–paling tidak–bisa menghindari kelakuan yang oleh masyarakat dipandang buruk, atau bertentangan dengan hukum yang berlaku, juga merupakan implementasi Siri’ sebagai perlambang tegaknya sebuah harga diri. Harga diri sebagai orang-orang Sulawesi Selatan. Sebab, hanya disebut manusia jika seseorang memiliki Siri’
Sumber : http://www.solusihukum.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar