Minggu, 27 November 2011

MENCARI JEJAK KERAJAAN ISLAM DI BENGKULU (Arkeologi Islam)

Arkeologi Islam

MENCARI JEJAK KERAJAAN ISLAM DI BENGKULU

Penelitian tahun 2009 dilakukan di Kabupaten Lebong, Kabupaten Rejanglebong dan Kabupaten Kepahiang. Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah teridentifikasinya tinggalan budaya materi dan persebarannya di seluruh wilayah Bengkulu sehingga dapat digunakan sebagai data pendukung kesejarahan kerajaan-kerajaan Islam di Bengkulu yang selama ini baru didasarkan pada sumber tertulis, baik naskah, arsip maupun berita asing.
Secara administrasi lokasi yang disurvei meliputi Kabupaten Rejanglebong, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang. Hasil survei yang berhasil diidentifikasi adalah ?dolmen?, kompleks pemakaman atau makam, ?kutei? (benteng tanah) dan bekas pemukiman, yang ditandai dengan temuan tembikar dan keramik asing. Adapun tempat-tempat yang disurvei meliputi:
 
2.1. Kabupaten Rejanglebong
2.1.1. Situs Batu Lebar
Situs Batu Lebar terletak di Desa Seguring, Kecamatan Curup Utara dan berada pada koordinat 0226243 Lintang Selatan dan 9620635 Bujur Timur.
Situs terletak di sebelah timur Sungai Musi, sebelah barat, utara dan selatan merupakan areal persawahan yang ditanami padi, tomat, dan tanaman pangan lainnya. Situs ini berada di atas perbukitan atau dataran tinggi dengan ketinggian 688 di atas permukaan air laut.
Batu lebar berbentuk segiempat dengan bagian atas dibentuk seperti kurung kurawal. Ukurannya adalah panjang 130 cm, lebar 60 cm dan tebal 15 cm. Ada bekas pemangkasan pada bagian permukaan (atas) dan seluruh sisi
batu. Secara keseluruhan batu ini bentuknya menyerupai prasasti.
 
2.1.2. Batu Anggun
Batu Anggun terletak pada lereng perbukitan/tebing Sungai Musi di Desa Seguring,
Kecamatan Curup Utara. Di atas lokasi batu ini merupakan dataran tinggi yang ditanami kopi oleh penduduk setempat. Sementara di dataran rendah yang terletak di sebelah kanan (timur) Sungai Musi ditanami padi. Kemiringan lereng 90o dengan ketinggian 768 di atas permukaan air laut. Letak koordinat Batu Anggung adalah 0227994 Lintang Selatan dan 9645121 Bujur Timur.
Batu Anggung adalah monolit yang menurut informasi Kader merupakan tempat Ratu Majapahit dan rombongannya meletakkan perahu yang digunakan untuk
mengarungi Sungai Musi dalam usahanya mencari tanah ?bertuah? (pade).  Rombongan dari Majapahit ini dalam pengembaraannya tersebut membawa berbagai hewan peliharaan (anjing, kucing, ayam) dan alat-alat musik, termasuk kerilo. Di atas perbukitan terdapat batu pipih berbentuk segiempat tidak beraturan (menhir) yang berada di antara kebun kopi. Pada keempat sisi batu mengalami pemangkasan dan penghalusan. Batu ini ditancapkan ke dalam tanah sehingga bentuknya menyerupai menhir. Saat ini batu ini diperkuat dengan semen dan tumpukan batu dan diberi cungkup.
 
2.1.3. Kompleks Pemakaman Kramajaya
Situs ini terletak di Desa Tebat Pulau, Kecamatan Bermani Ulu, berada pada posisi UTM 48 0216158 9617215. Kompleks pemakaman ini terletak di dataran tinggi dengan elevasi 858 meter di atas permukaan air laut dengan luas areal 15 x 5 meter.
Lokasi pemakaman Kramajaya berada di antara pemakaman baru yang dikelilingi kebun kopi. Di sebelah timur terdapat Sungai Pikat berjarak sekitar 500 meter. Kompleks Pemakaman Kramajaya ini terdiri dari empat cungkup makam.
 
2.1.4. Krio Muning Alus
Situs ini terletak di Desa Dusun Sawah, Kecamatan Curup Utara pada posisi UTM 48 0221938 9616888 dengan ketinggian 613 meter di atas permukaa air laut. Di sini terdapat makam Krio Muning Alus, pendiri ?Kutei Sawah?.
 
2.1.5. Batu Panco
Situs Batu Panco terletak di Desa Batupanco, Kecamatan Curup Utara pada posisi UTM 48 0222809 9617191 dengen elevasi 623 meter. Di situs ini terdapat dolmen di antara pemakaman umum yang oleh penduduk setempat disebut dengan ?Batu Panco?.  Di sekitar dolmen tersebut sejak tahun 1969 sampai tahun 1980-an sering ditemukan tempayan kubur saat penduduk menggali tanah untuk penguburan.
 
2.1.6.  Balai Buntar
Situs Balai Buntar terletak di Desa Balaibuntar, Kecamatan Kotapadang pada posisi UTM 48 0266547 9623 478 dengan elevasi 183 meter. Di situs ini terdapat makam Hulubalang Karet dengan nisan terbuat dari batu andesit.  Lokasi makam ini berada di dalam benteng tanah.
Di luar benteng terdapat Makam Depati Natakusumo yang ditandai dengan adanya dua nisan dari batu andesit. Posisi makam terletak pada UTM 48 0266781 9622912 dengan elevasi 185 meter. Di tempat ini ditemukan pecahan tembikar dan keramik asing di permukaan tanahnya.
Selain itu juga terdapat Makam Hulubalang Singajaya pada posisi UTM 48 0266706 9623138 dengan elevasi 191 meter. Makam ini ditandai dengan dua nisan terbuat dari batu andesit.
 
2.1.7. Kutei Giri
Secara administratif Situs Kutei Giri terletak di Desa Lawangagung, Kecamatan Sindangbeliti Ulu pada posisi UTM 48 0254038 9616703 dengan elevasi 502 meter. Di situs ini terdapat makam Depati Pakal dan keturunannya, makam Krio Tandan, Depati Anggun serta Makam Krio Bungkuk yang ditandai dengan dua nisan dari batu andesit.
Makam Krio Tandan berada di dalam ?kutei? (benteng tanah) yang sampai sekarang masih bisa dilihat sisanya di bagian timur laut. Di luar benteng tanah ini masih ditemukan rumpun bambu duri yang digunakan untuk memperkuat pertahanan benteng.
Makam Dipati Pakal menggunakan dua nisan yang dihias dengan lukisan. Pada nisan pertama terdapat hiasan di keempat sisinya berupa kuda dengan penunggangnya, sulur-suluran, dan tumpal. Sedangkan nisan kedua hanya dihias pada kedua sisi dengan sulur-suluran dan lingkaran.Hiasan pada nisan bagian kepala juga terdapat pada makam Depati Anggun, sementara nisan-nisan makam lainnya polos.
Selain temuan tersebut, di sekitar makam Krio Tandan ditemukan pecahan tembikar dan keramik asing.
 
2.2. Kabupaten Lebong
2.2.1. Kramat Lebong
Desa Lebongtambang, Kecamatan Lebong Utara. Tinggalan arkeologis berupa ?Kramat Lebong? atau makam dengan jirat baru dari porselin. Lokasi Situs berada pada UTM 48 M 0187369 9655450 dengan ketinggian 415 meter. Nisan makam yang diduga merupakan bagian dari makam ditemukan di depan makam dalam posisi rebah.
 
2.2.2. Ulau Duis
Terletak di Desa Tunggang, Kecamatan Lebong Utara dengan tinggalan arkeologis berupa ?Kramat Ulau Deus? atau Ki Krangnio (Rajo Sejarang Picang) berbentuk dolmen. Lokasi situs berada pada UTM 48 0187896 9657742 dan berada pada ketinggian 327 meter.
 
2.2.3. Kutei Ukem
Terletak di Desa Tes, Kecamata Lebong Selatan pada UTM 48 M 0204766 9642861 pada ketinggian 641 meter. Di situs ini terdapat ?Keramat Kutei Ukem? atau makam Biku Bermano yang tereltak di dalam benteng tanah. Makam sudah dipugar dengan menggunakan jirat dari porselin dan ada bangunan cungkup. Selain itu di dalam benteng ini juga terdapat ?tetralit? yang oleh masyarakat setempat disebut dengan ?Batu Silat? karena sejak dulu sampai sekarang digunakan sebagai tempat untuk menguji tingkat ketrampilan para pesilat dari seluruh Kabupaten Lebong.
 
2.2.4. Tanah Majapahit
Situs ini terletak di Desa Talangbatu, Kecamatan Tapus dan berada pada UTM 48 0211866 9642971 dengan ketinggian 762 meter di atas permukaan air laut. Situs ini tidak meninggalkan jejak monumental dan hanya berupa sebidang lahan yang diyakini oleh masyarakat setempat mempunyai kekuatan gaib dan tempat keempat biku dari Majapahit pertama kali menginjakkan kaki di Lebong.
 
2.2.5. Situs Setangai Panjang
Secara administratif situs ini terletak di Desa Talangbaru, Kecamatan Tapus dan berada pada posisi UTM 48 0212154 9642084 dengan ketinggian 747 meter di atas permukaan air laut. Di situs ini terdapat ?Kramat Setangai Panjang? atau makam Tuanku Diwo yang berada di atas perbukitan. Kondisi makam sudah tidak asli lagi karena jirat menggunakan bahan dari porselin.
 
2.3. Kabupaten Kepahiang
2.3.1. Situs Tik Nibung
Situs ini terletak di Desa Lubuk Penyamun, Kecamatan Merigi dan berada pada posisi UTM 48 0221584 9611619. Lokasi situs berada di dataran tinggi dengan elevasi 640 meter di atas permukaan air laut.
Situs Tik Nibung merupakan bekas permukiman lama yang ditandai dengan adanya benteng tanah, batei bejemoa (dolmen) dan makam Muning Uban, yang menurut penuturan Kadar (70 tahun) merupakan pendirinya. Di sekitar situs merupakan perkebunan kopi milik penduduk (Her).
 
2.3.2. Situs Kebanagung
Situs ini terletak di Desa Kebanagung, Kecamatan Bermani Ilir. Tinggalan yang ada di desa ini berupa rumah berarsitektur tradisional milik Pasirah Ali Aras dan Pangeran Abdul Latif. Di samping rumah, di samping atau di bagian belakang rumah-rumah tersebut juga terdapat kompleks pemakaman keluarga yang pernah menghuni kedua rumah dimaksud.
 
3. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian di ketiga kabupaten dapat diketahui bahwa tinggalan arkeologis yang berhasil diidentifikasi adalah dolmen, makam dan kompleks pemakaman, ?kutei? atau benteng tanah, serta sisa-sisa pemukiman yang ditandai dengan temuan pecahan tembikar dan keramik asing. Tinggalan material tersebut merupakan jejak-jejak aktifitas manusia masa lampau yang berdasarkan hasil temuan keramik  asing berasal dari sekitar abad ke-18?awal abad ke-20 Masehi.
Jejak-jejak aktifitas tersebut menurut penuturan para informan berasal dari para pemuka masyarakat atau ketua suku atau kepala marga dan atasannya, yang bergelar pangeran atau depati. Setiap marga biasanya mempunyai satu unit pemukiman yang disebut ?kutei?. Kutei secara teritorial dibatasi oleh satu atau dua benteng tanah, tempat keluar-masuk para penghuni di dalamnya, sementara dua sisi lainnya merupakan jurang yang dalam sehingga secara alamiah membentuk pertahanan yang kuat dan tidak memungkinkan musuh datang dari arah ini. Di dalam kutei terdapat dolmen, yang disebut ?batu bejemoa?, yaitu batu tempat untuk berjemur para penghuninya. Masyarakat yang menghuni kutei dibatasi hanya terdiri dari tiga suku saja, jika lebih maka dua suku harus melebur jadi satu. Di luar kutei terdapat lokasi pemakaman yang diyakini sebagai pendiri kutei dan ?talang?, tempat para penghuninya melakukan aktifitas perladangan.

3 komentar:

  1. Senang rasanya ada yang tertarik untuk meneliti sejarah di Bengkulu. Saya keturunan Minang yang lahir dan besar di Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Semoga kita bisa saling sharing. Silahkan kunjungi juga blog saya: Doni Sapriadi Chaniago

    BalasHapus
  2. penyebar islam di kota curup adalah tuanku kali ali rasjid, beliau adalah salah satu dari panglima perang tuanku Imam Bonjol yang hijrah ke kota Curup. dan bukti dari jejak beliau adalah masjid jami' yang berada di simpang empat depan kantor golkar jl air rambai. (saya lupa nama masjidnya dan alamat tepatnya karena saya di jakarta sekarang). yang jelas masjid itu sekarang sudah besar. beliau mempunyai murid di curup yang meneruskan dakwah islam bernama Imam Zam. puteri beliau bernama Nur kemala Binti Tuanku Kali ali Rasjid yang bermakam di TPU talang rimbo curup. sewaktu beliau hidup, pihak kolonial yang ingin mencari emas di rejang lebong akan meminta izin(pendapat) dahulu kepada beliau. fb saja: Robby Andora

    BalasHapus
  3. Apakah islam masuk ke bengkulu yang pertamakali itu di rejang lebong sehingga tim atkaelogi melakukan penelitian di sana..? Bagaimana dengan bengkulu utara, Mukomuko, dan bengkulu selatan...? Apakah ada sejarahnya..? Kunjungi juga hairiyanto.blogspot.com

    BalasHapus