Selasa, 01 November 2011

BIOARKEOLOGI


BIOARKEOLOGI: INTEGRASI DINAMIS
ANTARA ANTROPOLOGI BIOLOGIS DAN
ARKEOLOGI
Etty Indriati
*
A
Pengantar
logis dan arkeologi di Amerika Serikat bagi-
an Tenggara yang kaya akan situs arkeo-
rtikel ini bertujuan untuk mengurai-
logis. Simposium ini melahirkan buku
kan informasi biologis yang terkan-
Biocultural Adaptation in Prehistoric Ame-
dung dalam rangka dan gigi manusia
rica
, diterbitkan oleh University of Georgia
dari situs arkeologis. Uraian substansi bio-
Press (Blakeley
et.al.
, 1977). Dalam bioar-
logis dalam rangka penting sebagai bagian
keologi, data rangka manusia penting untuk
integratif antropologi biologis dan arkeologi
menjawab pertanyaan kunci mengenai per-
untuk merekonstruksi budaya masyarakat
kembangan budaya, misalnya efek perkem-
lampau.
bangan populasi menuju ke organisasi so-
Pada penggalian situs arkeologis, se-
sial yang kompleks, dan terminasi kultural
ringkali temuan artifak disertai temuan tu-
karena penyakit endemik, dan adanya
lang dan gigi. Temuan tulang ini, oleh antro-
endogami atau exogami yang diperiksa de-
pologi biologis (antropologi ragawi) acapkali
ngan ciri metrik dan nirmetrik pada rangka.
dipublikasikan terpisah dari laporan arkeo-
logi, yang publikasi ini seringkali tidak terba-
Substansi Bioarkeologi
ca oleh arkeologi. Dengan demikian, pene-
litian antropologi biologis menjadi
out of
Dalam dua dekade setelah simposium
context
dari arkeologinya. Sebaliknya, arke-
Biocultural Adaptation in Prehistoric Ameri-
olog mempublikasikan hasil penelitian arti-
ca
pada tahun 1977, kerja sama antara an-
faknya terpisah dari pemeriksaan tulang te-
tropologi biologis dan arkeologi di Amerika
muan meskipun keduanya digali dari situs
Serikat menjadi
trend setter
dalam setiap
yang sama. Alat -alat seperti gerabah, alat
aplikasi dana penelitian, yang disertai de-
batu, perunggu, dan besi dari situs arkeolo-
ngan berbagai publikasi dengan pendekat -
gis tidak ada dengan sendirinya, tetapi di-
an bioarkeologis dan biokultural. Contoh
buat oleh manusia. Oleh karenanya, anali-
dua buku yang mewakili telah diakuinya
sis produk budaya dan produktornya harus
konsensus istilah bioarkeologi sesudah per-
terintegrasi bila kita berupaya mempelajari
tama kali diperkenalkan di lingkungan aka-
budaya mereka. Pendekatan terintegrasi ini
demik pada tahun 1977 adalah
What Mean
sekarang lazim dikenal dengan istilah bioar-
these Bones: Studies in the Southeastern
keologi.  Bioarkeologi pertama kali diperke-
Bioarchaeology
(Powell et al., 1991), dan
nalkan di kalangan akademik pada tahun
Bioarchaeology
(Larsen, 1997).
What mean
1977 oleh Jane E. Buikstra pada simposium
these bones
merupakan kumpulan artikel
yang didesain untuk meningkatkan komuni-
berbagai penulis tentang bioarkeologi di
kasi dan kerja sama antara antropologi bio-
Dokter gigi, Philosophy of Doctor, Staf Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi,
*
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Humaniora Volume XIII, No. 3/2001
284


Bioarkeologi: Integrasi Dinamis a ntara Antropologi Biologis dan Arkeologi
Amerika Serikat bagian Tenggara, sedang-
1.  Rekonstruksi Demografi dengan
kan
Bioarchaeology
memuat substansi
Identifikasi Seks dan Umur pada
yang lebih ditujukan sebagai buku teks un-
Rangka
tuk perkuliahan. Dalam
Bioarchaeology
,
Pada situs kubur arkeologis, penggalian
substansinya meliputi pemeriksaan rangka
rangka harus disertai dokumentasi karena
untuk mengetahui: (1) stres dan deprivasi
cara penguburan menggambarkan budaya
selama tahun-tahun pertumbuhan dan  per-
masyarakat. Penyimpanan rangka tidak bo-
kembangan serta masa dewasa, (2) eks-
leh dicampur antara individu yang satu de-
posur terhadap infeksi pathogen, (3) injuri
ngan yang lain karena hanya akan mem -
dan kematian dengan kekerasan, (4) pola
buang waktu pemeriksaan untuk memisah-
aktivitas yang menyebabkan modifikasi per-
misahkannya kembali. Pemeriksaan rangka
sendian dan otot, (5) pola aktivitas oleh ka-
arkeologis meliputi: jumlah individu minimal
rena adaptasi budaya, (6) fungsi mastikasi
dalam situs, jumlah laki-laki dan perempu-
dan nonmastikasi: adaptasi kranio-fasial,
an, dan usia tiap-tiap rangka. Data ini dipa-
(7) analisis isotopic dan elemen: studi diet
kai untuk merekonstruksi komposisi pendu-
dan nutrisi, (8) dimensi historis variasi rang-
duk di masa lalu. Identifikasi seks dilakukan
ka: menapak hubungan genetis, dan (8)
dengan memeriksa morfologi tulang pang-
perubahan dan tantangan dalam bioarkeo-
gul dan tulang tengkorak (Indriati, 1999).
logi. Bioarkeologi versi Larsen ini bila  dibagi
Umur diidentifikasi dengan erupsi gigi, pe-
ke dalam berbagai matakuliah meliputi an-
nyatuan epiphyses dengan tulang pada  tu-
tara lain:
skeletal biology
(biologi rangka),
lang panjang, penutupan sutura pada teng-
human osteology
(tulang manusia),
archa-
korak, morfologi symphisis pubis, dan auri-
eology of death
(arkeologi tentang kema-
cularis pubis (Indriati, 1999). Rekonstruksi
tian), paleopathologi (penyakit masyarakat
komposisi penduduk ini mendukung kajian
lampau),
anthropological anatomy
(ant ropo-
arkeologis perihal besarnya suatu desa
logi anatomi),
dental anthropology
(antropo-
atau pemukiman. Dalam konteks arkeologi
logi gigi), dan
prehistoric diet
(diet masyara-
di  Indonesia, Ahimsa-Putra (1999) menya-
kat prasejarah). Dengan demikian, bioarke-
takan adanya pemukiman-pemukiman
mon-
ologi lebih spesifik dari pada antropologi
copat
pada masyarakat Jawa masa lampau
biologis. Bila antropologi biologis substan-
dan menjadi tugas arkeologis untuk me-
sinya meliputi subjek hidup dan subjek yang
nunjukkannya.
Moncopat
adalah satu desa
telah menjadi rangka, bioarkeologi berfokus
yang dikelilingi oleh 4 desa yang letaknya
pada subjek yang telah menjadi rangka dari
sesuai dengan arah mata angin, utara, ti-
situs arkeologis dan situs historis.
mur, barat, dan selatan. Pada umumnya se-
Dari uraian substansi bioarkeologi Lar-
tiap pemukiman memiliki kuburan untuk
sen (1997) di atas, yang belum teruraikan
warganya. Temuan rangka arkeologis, bila
adalah konstruksi demografi masa  lampau
ada, tentunya juga terdapat di tiap-tiap desa
(paleodemografi) dengan identifikasi seks
dari kelima desa dalam satu
moncopat
.
dan umur rangka. Menurut hemat penulis,
Komposisi penduduk suatu pemukiman
substansi bioarkeologis bisa diklasifikasikan
yang normal terdiri dari laki-laki dan perem-
menjadi: (1) konstruksi demografi dengan
puan, mulai dari usia bayi, anak -anak, re-
identifikasi seks dan umur pada rangka, (2)
maja, dewasa, sampai tua.
Life expec tancy
indikator kesehatan nonspesifik: stres, (3)
juga bisa dikalkulasi sebagai bagian dari
indikator kesehatan spesifik: infeksi, (4)
paleodemografi. Dengan demikian, rekons -
konstruksi diet dan nutrisi, (5) trauma, dan
truksi demografi pada situs kubur arkeo-
(6) jarak biologis antarpopulasi. Terba tas -
logis dilakukan melalui identifikasi umur ma-
nya tempat hanya memungkinkan disam-
ti dan jenis kelamin serta jumlah penduduk
paikan uraian singkat keenam substansi bi-
membantu merekonstruksi pemukiman-pe-
oarkeologis ini.
mukiman masyarakat lampau.
2.  Indikator Kesehatan Nonspesifik
Pada rangka manusia, gangguan sela-
ma masa pertumbuhan dan perkembangan
285
Humaniora Volume XIII, No. 3/2001


Etty Indriati
bisa diketahui karena membekas pada tu-
3.  Indikator Kesehatan Spesifik
lang dan gigi-geligi mereka. Gangguan se-
Manusia, sejak dirinya ada, telah dijang-
lama masa pertumbuhan ini bisa diakibat-
kiti penyakit. Penyakit pada masyarakat
kan oleh faktor buruknya nutrisi, tekanan
lampau dipelajari dalam paleopatologi. Da-
lingkungan, maupun penyakit kronis. Gang-
lam buku mereka
Standards for data
collec -
guan selama masa pertumbuhan membe-
tion from human skeletal remains
, Buikstra
kas pada gigi-geligi dengan munculnya hi-
dan Ubelaker (1994) mengklasifikasi peng-
poplasia enamel, berupa garis-garis hori-
amatan paleopatologi pada tulang ke da-
zontal yang kelihatan secara makroskopik,
lam: abnormalitas (bentuk tulang, ukuran
pada permukaan bukal dan labial gigi (Bla-
tulang, bagian tulang yang hilang, pemben-
key dan Armelagos, 1985; Bullion, 1986;
tukan tulang), fraktur dan dislokasi tulang,
Cook, 1981; Goodman dan Armelagos, 19-
porotic hyperostosis, patologi vertebra, dan
85; Olgivie et al., 1989; Rose et al., 1978;
arthritis. Buikstra dan Ubelaker menekan-
Rudney, 1983; White, 1978). Pada pemerik-
kan prinsip kesamaan metodologi dalam
saan histologis, hypoplasia enamel ini tam-
pengamatan dan pencatatan patologi pada
pak sebagai terputusnya garis Retzius (Ro-
tulang supaya antarpeneliti bisa saling
se et al., 1978). Gangguan selama masa
membandingkan laporannya. Penyakit ma-
pertumbuhan yang membekas pada rangka
sa lampau telah banyak macamnya dan
manusia adalah periostitis pada tulang pan-
manifestasinya pada tulang menyebabkan
jang (femur, tibia), cribra orbitalia (porositas
penyakit -penyakit masa lampau tersebut
pada atap orbita: Gambar 1), dan hyperos-
bisa dideteksi/ didiagnosis. Contohnya ada-
tosis spongiosa (porositas pada tengkorak)
lah osteomyelitis, syphilis, tuberkulosis, le-
(Angel, 1966). Cribra orbitalia sering diaso-
pra, thalassemia, anemia bulan sabit, ric -
siasikan dengan defisiensi zat besi  (ane-
kets, osteomalacia, osteopenia, scurvy, rhe-
mia). Gangguan selama pertumbuhan juga
umatoid arthritis, dan berbagai tumor (os te-
muncul sebagai
Harris
lines
(garis Harris:
ochondroma, osteoid osteoma, fibrous dys -
Gambar 2), yaitu garis horizontal pada tu-
plasia, osteoclastom a, hemangioma, me-
lang panjang, yang tampak pada foto
roent-
ningioma, osteosarcoma, dan multiple mye-
gen
atau bisa dilihat langsung bila tulang
loma) (Steinbock, 1976).
panjang dipotong membujur (Maat, 1984;
Antikuitas tiap-tiap penyakit berlainan.
dan Hummert dan Van Gerven, 1985).
Lepra, contohnya, telah menjangkiti pendu-
duk Eropa 1000 tahun sebelum Masehi,
syphilis di Amerika diperdebatkan kebera-
daannya, apakah sebelum tahun 1492 atau
sesudah tahun 1492 (kedatangan Colom-
bus ke benua Amerika). Tuberkulosis yang
sampai saat ini masih banyak menyerang
masyarakat Indonesia telah didapati di
Egypt sejak 3700 tahun sebelum Masehi
(Steinbock, 1976). Tuberkulosis spinal (me-
libatkan tulang belakang, biasanya diikuti
menyatunya tulang-tulang belakang sehing-
ga penderita tampak bongkok karena pung-
gungnya melengkung).
Gambar 1. Cribra orbitalia, diasosiasikan de-
Studi penyakit pada masyarakat lampau
ngan defisiensi zat besi
penting untuk mengetahui sejarah penyakit,
antikuitas penyakit, distribusi dan frekuensi
penyakit, serta evolusi penyakit. Oleh kare-
nanya, pemeriksaan penyakit pada rangka
diperlukan mengetahui
provenience
dan
konteks arkeologisnya agar interpretasinya
tidak mengabaikan latar belakang kultural
Gambar 2. Garis Harris, diasosiasikan dengan
rangka. Dengan  demikian, antropologi bio-
gangguan pertumbuhan
logi harus mengetahui dari mana asal rang-
286
Humaniora Volume XIII, No. 3/2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar