Selasa, 08 November 2011

austronesia people


Description: D:\smester 2\Austronesia_files\Button_hide.png
Pemilihan Steward Wikimedia Foundation 2010 telah dimulai. Berikan suara

Pemilihan Steward Wikimedia Foundation 2010 telah dimulai. Berikan suara
Rumpun bahasa Austronesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Austronesia)
Langsung ke: navigasi, cari
Austronesia
Distribusi
geografis:
Salah satu rumpun bahasa utama di dunia; meski hubungan dengan rumpun-rumpun lain sudah diajukan, namun belum ada yang diterima secara luas
Pembagian:
Formosa (beberapa cabang utama)
Melayu-Polinesia (mungkin anak cabang Formosa)
Description: Austronesia-warna.png
Peta penyebaran bahasa Austronesia di dunia
Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.
Daftar isi
[sunting] Istilah Austronesia
Austronesia adalah istilah mengacu pada suatu daerah yang dimana bahasa-bahasa Austronesia dituturkan, daerah tersebut mencakup oleh penduduk pulau Taiwan, kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berarti "Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālis yang berarti "selatan" dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang berarti "pulau".
Jika bahasa Jawa di Suriname dimasukkan, maka cakupan geografi juga mencakup daerah tersebut. Studi juga menunjukkan adanya masyarakat penutur bahasa mirip Melayu di pesisir Sri Langka.
[sunting] Asal usul bangsa Austronesia
Untuk mendapat ide akan tanah air dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari ilmu genetika memberikan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia [1]. Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika ia menulis:
... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia diantara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan.
Setidaknya sejak Sapir (1968), ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa jumlah dari cabang-cabang diantara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan diantara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.
Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu [2]. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia [3]. Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam ribu tahun yang lalu [4]. Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah antara dua periode ini.
Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dinyatakan oleh Fox (2004:8):
Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah air bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan Penghu diantara Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutamanya apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang sebagai populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar.
Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia [5].
[sunting] Penggolongan
Agak sulit untuk mendefinisikan struktur kekeluargaan dari bahasa-bahasa Austronesia karena rumpun bahasa Austronesia terdiri dari bahasa-bahasa yang sangat mirip dan berhubungan erat dengan kesinambungan dialek yang besar sehingga sukar untuk mengenali batasan diantara cabang. Bahkan pada pembagian terbaik yang ada sekarang banyak grup di Filipina dan Indonesia dikelompokan dari letak geografisnya alih-alih dari keterkaitannya antara satu dengan yang lainnya. Namun adalah jelas bahwa keberagaman genealogis terbesar ditemukan pada bahasa-bahasa Taiwan dan keberagaman terkecil ditemukan pada kepulauan Pasifik sehingga mendukung teori penyebaran dari Taiwan atau Tiongkok.
Description: D:\smester 2\Austronesia_files\400px-Formosan_languages.png
Description: D:\smester 2\Austronesia_files\magnify-clip.png
Famili bahasa-bahasa Formosa sebelum kolonisasi Cina, per Blust (1999).
Penggolongan bahasa-bahasa Austronesia berikut diajukan oleh Blust. Penggolongan yang diajukannya bukanlah yang pertama dan bahkan ia juga mencantumkan paling sedikit tujuh belas penggolongan lainnya dan mendiskusikan fitur-fitur dan rincian dari pengelompokan tersebut. Beberapa ahli bahasa Formosa mempertentangkan rincian dari penggolongan itu namun penggolongan ini dalam garis besar tetap menjadi titik referensi untuk analisis ilmu bahasa saat ini. Dapat dilihat bahwa sembilan cabang utama dari bahasa Austronesia kesemuanya adalah bahasa-bahasa Formosa.
Austronesia
  • Atayalik (Atayal, Seedik) [nama lain untuk Seediq:Truku, Taroko, Sediq]
  • Formosa Timur
    • Utara (Basai-Trobiawan, Kavalan)
    • Tengah (Amis, Nataoran, Sakizaya)
    • Barat Daya (Siraya)
  • Puyuma
  • Paiwan
  • Rukai
  • Tsouik (Tsou, Saaroa, Kanakanabu)
  • Bunun
  • Dataran Rendah Barat
    • Dataran Tengah-Barat (Taokas-Babuza, Papora-Hoanya)
    • Thao
  • Formosa Barat Laut (Saisiyat, Kulon-Pazeh)
  • Malayo-Polinesia (Lihat di bawah)
[sunting] Penggolongan bahasa-bahasa Malayo-Polinesia
Berikut adalah klasifikasi bahasa-bahasa Malayo-Polinesia yang disederhanakan oleh Wouk & Ross (2002)
Salah satu cabang terbesar adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan jumlah penutur terbesar yaitu: Bahasa Jawa, Bahasa Melayu (dan Bahasa Indonesia), Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Aceh, Bahasa Batak dan Bahasa Bali.
[sunting] Kekerabatan dengan rumpun bahasa yang lain
Hubungan-hubungan genealogis antara rumpun bahasa Austronesia dan keluarga bahasa yang lainnya di Asia Tenggara telah diajukan dan umumnya disebut Filum Bahasa Austrik. Pada hipotesis filum Austrik dinyatakan bahwa semua bahasa di Tiongkok bagian selatan sebenarnya berkerabat yaitu rumpun bahasa Austronesia, bahasa Austro-Asia, bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-Mien (juga disebut Miao-Yao).
Secara skematis rumpun bahasa Austrik secara hipotetis adalah sebagai berikut:
Austrik
  • Austronesia
  • Tai-Kadai
  • Hmong-Mien
  • Austro-Asiatik
Para penutur keempat rumpun bahasa yang diduga berkerabat ini bermukim di daerah yang sekarang termasuk Tiongkok bagian selatan sampai kurang lebih pada antara tahun 2000 SM1000 SM. Kala itu suku bangsa Han, yang merupakan penutur bahasa Sino-Tibet, dari Tiongkok utara menyerbu ke selatan dan para penutur bahasa Austrik tercerai-berai. Hal ini yang diduga sebagai alasan mengapa kaum Austronesia lalu bermigrasi ke Taiwan dan ke kepulauan Asia Tenggara dan Samudra Pasifik lainnya.
Beberapa hipotesis filum Austrik juga mengajukan akan perubahan dari akar kata dwisuku kata di mana bahasa Austronesia menyimpan kedua suku kata sedangkan bahasa Austro-Asiatik menyimpan suku kata pertama dan bahasa Tai-Kadai menyimpan suku kata kedua. Sebagai contoh:
Austronesia purba
*mata ‘mata
Austro-Asiatik purba
*măt ‘mata'’
Tai-Kadai purba
*taa ‘mata
Namun, satu-satunya proposal dari yang mematuhi metode perbandingan adalah hipotesis "Austro-Tai" yang menghubungkan rumpun bahasa Austronesia dengan rumpun bahasa Tai-Kadai. Roger Blench (2004:12) mengetakan tentang Austro-Tai bahwa:
Ostapirat mengasumsikan sebuah model sederhana dari sebuah perpecahan dengan para Daik [Tai-Kadai] sebagai orang-orang Austronesia yang menetap di daerah asalnya. Namun hal ini nampaknya tidak mungkin karena Daik nampak seperti percabangan dari bahasa Filipina Purba dan tidak mempunyai kerumitan seperti yang dimiliki oleh bahasa-bahasa Formosa. Mungkin dapat lebih baik dipandang bahwa penutur Daik Purba bermigrasi kembali dari Filipina utara ke daerah di pulau Hainan. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan dari Hlai, Be, dan Daik sebagai hasil dari penstrukturan ulang secara radikal karena kontak dengan penutur bahasa-bahasa Miao-Yao dan Sinitik.
Atau dengan kata lain, pengelompokan dibawah Tai-Kadai akan menjadi cabang dari bahasa Kalimantan-Filipina. Namun, tidak ada dari proposal tersebut yang mendapat sambutan luas dari komunitas ilmu bahasa.

[sunting] Klasifikasi bahasa Jepang
Telah diajukan juga hipotesis bahwa bahasa Jepang mungkin adalah saudara jauh dari rumpun bahasa Austronesia. [Ada yang mengelompokkan bahasa ini dalam rumpun bahasa Austronesia berdasarkan beberapa kata-kata dan fonologi bahasa Jepang. Namun yang lain berpendapat bahwa bahasa Jepang termasuk rumpun bahasa Altai dan terutama mirip dengan cabang bahasa Mongol. Bahasa Korea kemungkinan besar termasuk rumpun bahasa yang sama pula. Bahasa Korea mirip dengan bahasa Jepang namun sejauh ini belum ada yang menghubungkannya dengan rumpun bahasa Austronesia. Namun perlu diberi catatan pula bahwa rumpun bahasa Altai masih dipertentangkan pula.
Sebagai contoh adalah beberapa kata dari bahasa Jepang yang diduga berasal dari rumpun bahasa Austronesia:
  • hi yang berarti api dan berasal dari *PAN (Proto-Austronesia): *Xapuy
  • ke yang berarti kayu
Hipotesis akan hubungn bahasa Jepang sebagai saudara dari bahasa-bahasa Austronesia ditolak oleh hampir seluruh pakar ilmu bahasa karena hanya ada sedikit bukti akan hubungan antara bahasa Jepang dan rumpun bahasa Austronesia dan kebanyakan ahli bahasa berpikir bahwa kesamaan yang sedikit ini adalah hasil dari pengaruh bahasa-bahasa Austronesia pada bahasa Jepang, mungkin melalui substratum. Mereka yang mengajukan skenario ini menyarankan bahwa rumpun bahasa Austronesia dulunya pernah meliputi pulau-pulau di utara dan selatan dari Taiwan. Lebih lanjut, tidak ada bukti genetis untuk hubungan yang dekat antara penutur bahasa-bahasa Austronesia dan bahasa-bahasa Japonik, sehingga apabila ada interaksi pra-sejarah antara penutur bahasa Austronesia purba dengan bahasa Japonik purba lebih mungkin interaksi itu adalah sebuah pertukaran budaya yang sederhana alih-alih percampuran etnis yang signifikan. Analisis genetis menunjukan secara konsisten bahwa orang-orang Ryukyu diantara Taiwan dan pulau-pulau utama Jepang lebih mirip dengan orang Jepang daripada orang asli Taiwan. Hal ini menyarankan bahwa apabila ada interaksi antara bangsa Austronesia purba dan bangsa Japonik purba, interaksi ini kemungkinan terjadi di benua Asia timur sebelum pengenalan bahasa-bahasa Austronesia ke Taiwan (atau setidaknya sebelum kepunahan hipotetis bahasa-bahasa Austronesia dari daratan Tiongkok), dan bahasa-bahasa Japonik ke Jepang.
[sunting] Perbendaharaan kata
Rumpun bahasa Austronesia didefinisikan menggunakan metode perbandingan bahasa untuk menemukan kata-kata yang seasal, yaitu kata-kata yang mirip dalam bunyi dan makna dan dapat ditunjukan berasal dari kata yang sama dari bahasa Austronesia purba menurut sebuah aturan yang regular. Beberapa kata seasal sangatlah stabil, sebagai contoh kata untuk mata pada banyak bahasa-bahasa Austronesia adalah "mata" juga mulai dari bahasa paling utara di Taiwan sampai bahasa paling selatan di Aotearoa.
Di bawah disajikan sebagai contoh untuk menunjukkan kekerabatan, kata-kata bilangan dari satu sampai sepuluh dalam beberapa bahasa Austronesia. Catatan: /e/ harus dibaca sebagai taling (misalkan dalam kata “keras”) dan /é/ sebagai pepet (misalkan dalam kata “lémpar”). Jika ada kesalahan, para pembaca dipersilakan memperbaikinya.
Bahasa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Proto-Austronesia
*esa/isa
*duSa
*telu
*Sepat
* lima
*enem
*pitu
*walu
*Siwa
*sa-puluq
ita
dusa
celu
sepac
lima
unem
picu
alu
siva
ta-puluq
isá
dalawá
tatló
ápat
limá
ánim
pitó
waló
siyám
sampû
Isa'
rueh
telo
epat
dime
enem
pitu
Balu'
suei
sapuluh
seddi
dua
téllu
eppa
lima
enneng
pitu
aruwa
asera
seppulo
iráy
róa
télo
éfatra
dímy
énina
fíto
válo
sívy
fólo
sa
duwa
lhee
peuet
limöng
nam
tujôh
lapan
sikureueng
plôh
Toba Batak
sada
duwa
tolu
opat
lima
onom
pitu
uwalu
sia
sampulu
sa
dua
telu
empat
lima
enem
pitu
akutus
sia
dasa
esa
due
telu
empat
lime
enem
pitu’
balu’
siwa’
sepulu
Jawa Kuna
sa
rwa
telu
pat
lima
nem
pitu
wwalu
sanga
sapuluh
siji
loro
telu
papat
lima
nem
pitu
wolu
sanga
sepuluh
hiji
dua
tilu
opat
lima
genep
tujuh
dalapan
salapan
sapuluh
settong
dhua
tello'
empa'
léma'
ennem
pétto'
ballu'
sanga'
sapolo
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
ciék
duo
tigo
ampék
limo
anam
tujuah
salapan
sambilan
sapuluah
tahi
rua
toru
ha
rima
ono
hitu
va'u
iva
'ahuru
`ekahi
`elua
`ekolu
`eha:
`elima
`eono
`ehiku
`ewalu
`eiwa
`umi
issah
duah
talluh
mpat
limah
nnom
pitu'
walu'
siam
sangpu
sara
roa
tulu
opat
lime
onom
pitu
waloh
siwah
sepuluh
Basis Data Perbendaharan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia (pranala diberikan dibawah artikel) mencatat kata-kata (dikodekan menurut keseasalan) untuk sekitar 500 bahasa Austronesia.
[sunting] Tipologi dan struktur
Sukar untuk menarik sebuah generalisasi yang berarti tentang bahasa-bahasa yang menyusun rumpun yang seberagam rumpun bahasa Austronesia. Pada garis besarnya, bahasa-bahasa Austronesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok bahasa: tipe Filipina, tipe Indonesia, dan tipe pasca-Indonesia [6]. Kelompok yang pertama diwatakkan dengan urutan kata kata kerja-pertama dan pengubahan suara gramatik ala bahasa Filipina, fenomena yang seringkali dirujuk sebagai pemfokusan. Literatur yang berhubungan mulai menjauhi penggunaan istilah ini karena banyak ahli bahasa merasa bahwa fenomena pada bahasa bertipe ini lebih baik disebut sebagai suara gramatik.
Bahasa-bahasa Austronesia umumnya menggunakan pengulangan kata.
Fonologi bahasa-bahasa Austronesia tergolong sederhana dengan aturan pembentukan suku kata yang sangat terbatas dan jumlah fonem yang sedikit. Banyak dari bahasa-bahasa Austronesia tidak memperbolehkan sukukata dan gugusan konsonan. Beberapa bahasa memang memiliki gugusan-gugusan konsonan namun ini merupakan pengaruh dari bahasa-bahasa lain, terutama dari bahasa Arab, bahasa Sansekerta, dan bahasa Indo-Eropa lainnya.
Beberapa bahasa bahkan meminjam fonem dari bahasa lain seperti retrofleks dalam bahasa Jawa dan fonem berhembus dalam bahasa Madura yang diduga dipinjam dari Sansekerta. Namun banyak para pakar yang menentang bahwa fonem-fonem ini dipinjam dari bahasa Sansekerta. Mereka berpendapat bahwa fonem-fonem ini merupakan perkembangan sendiri saja.
[sunting] Jumlah penutur
Secara total jumlah penutur bahasa Austronesia sekitar 300 juta jiwa. Berikut adalah bahasa-bahasa Austronesia diurutkan dari bahasa dengan penutur terbanyak.
Jumlah penutur bahasa-bahasa Austronesia
Bahasa
Jumlah Penutur
Sebagai Bahasa Ibu
Sebagai Bahasa Resmi
Bahasa Jawa
76.000.000
Bahasa Sunda
20.000.000
Bahasa Melayu
19.000.000*
Bahasa Indonesia
25.000.000*
220.000.000
Bahasa Tagalog
24.000.000
70.000.000
Bahasa Cebu
15.000.000
30.000.000
Bahasa Malagasy
17.000.000
Bahasa Batak
14.000.000
Bahasa Madura
14.000.000
Bahasa Ilokano
8.000.000
10.000.000
Bahasa Minangkabau
7.000.000
Bahasa Hiligaynon
7.000.000
11.000.000
Bahasa Bikol
4.600.000
Bahasa Banjar
4.500.000
Bahasa Bali
4.000.000
Bahasa Bugis
4.000.000
Bahasa Tetum
800.000
Bahasa Samoa
370.000
Bahasa Fiji
350.000
550.000
Bahasa Tahiti
120.000
Bahasa Tonga
108.000
Bahasa Māori
100.000
Bahasa Kiribati
100.000
Bahasa Chamorro
60.000
Bahasa M̧ajeļ
44.000
Bahasa Nauru
6.000
Bahasa Hawai'i
1.000
8.000
* Statistik untuk kedua bahasa diperdebatkan.
[sunting] Status resmi
Bahasa Austronesia terpenting ditilik dari status resminya ialah bahasa Melayu, yang menjadi bahasa resmi di Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), Malaysia, dan Brunei. Bahasa Indonesia juga berstatus bahasa kerja di Timor Leste m. Bahasa Filipina (Filipino), yang merupakan bentuk baku dari bahasa Tagalog, adalah bahasa resmi Filipina. Di Timor Leste, bahasa Tetum, yang juga termasuk sebuah bahasa Austronesia, menjadi bahasa resmi di samping bahasa Portugis. Di Madagaskar, bahasa Malagasi adalah bahasa resmi. Di Aotearoa (Selandia Baru), bahasa Maori juga memiliki status bahasa resmi di samping bahasa Inggris.
[sunting] Catatan kaki
  1. ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
  2. ^ Bellwood, Peter (1997). Prehistory of the Indo-Malaysian archipelago. Honolulu: University of Hawai'i Press.
  3. ^ Diamond, Jared M (2000). Taiwan's gift to the world. (PDF). Nature 403:709-710.
  4. ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
  5. ^ Thurgood, Graham (1999). From Ancient Cham to Modern Dialects. Two Thousand Years of Language Contact and Change. Oceanic Linguistics Special Publications No. 28. Honolulu: University of Hawai'i Press.
  6. ^ Ross, John (2002). "Final words: research themes in the history and typology of western Austronesian languages" in Wouk, Fay & Malcolm Ross (Eds.) The history and typology of Western Austronesian voice systems (pp. 451-474). Canberra: Pacific Linguistics
[sunting] Daftar pustaka
  • Peter Bellwood, 1979, Man’s Conquest of the Pacific. The Prehistory of Southeast Asia and Oceania, New York: Oxford University Press.
  • Peter Bellwood, 1985, Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago, Orlando, Florida: Academic Press.
  • Peter Bellwood, 1987, The Polynesians: Prehistory of an Island People, New York: Oxford University Press.
  • P. Benedict, 1975, Austro-Thai Language and Culture. With a Glossary of Roots, New Haven: HRAF Press.
  • O.C. Dahl, 1951, Malgache et Maanjan., Oslo: Egede Instituttet.
  • Otto Dempwolff, 1956, Perbendaharaan Kata-kata dalam Berbagai Bahasa Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
  • Jared Diamond, 1997, Guns, Germs and Steel, W.W. Norton & Company.
  • Isidore Dyen, 1956, “Language Distribution and Migration Theory”, di Language, 32: 611-626.
  • James J. Fox, 1995, Austronesian societies and their transformations, Canberra: Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University.
  • Hendrik Kern, 1956, Pertukaran Bunyi dalam Bahasa-bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
  • Hendrik Kern, 1957, Berbagai-bagai Keterangan berdasarkan Ilmu Bahasa dipakai untuk Menetapkan Negeri Asal Bahasa-Bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar