Selasa, 01 November 2011

BEDAH


A.       Keluhan Utama        : Terdapat benjolan di lipat paha kanan
B.       Keluhan Tambahan : nyeri,
C.       Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dibawa orang tuanya ke IGD RSMS dengan keluhan terdapat benjolan di lipat paha kanan. Benjolan ini menurut pasien dan keluarganya ada sejak ± 1 tahun yang lalu. Benjolan terutama jelas saat pasien batuk, bersin, mengedan dan bila diberdirikan. Tapi saat pasien berbaring, benjolan tersebut hilang atau tidak nampak.
Pasien tidak bertambah gelisah dan rewel bila benjolan tersebut ditekan. Pasien tidak terlihat gelisah, jarang menangis dan perutnya jarang kembung.
Keluhan pasien ini menurut orang tuanya juga tidak disertai mual ataupun muntah.

E.        Riwayat Penyakit Keluarga   :
-       Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
D.       Status Generalis
1.   Kepala:  Simetris, mesochepal, UUB sudah menutup sempurna, rambut tidak mudah  dicabut
2.    Mata                                                                       : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, refleks cahaya     (+/+)
3.Hidung                                                                       : Discharge (-/-), deviasi septum (-/-)
4.     Telinga: Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-)
5.     Mulut:Mukosa tidak hiperemis, bibir tidak kering, lidah tidak kotor
6.     Leher: Trakea di tengah, limfonodi tidak membesar, tidak ada tumor
7.     Thorax                                                                  
-    Paru-paru         
            Inspeksi          : Simetris, retraksi tidak ada, ketinggalan gerak tidak ada
            Palpasi            : Vokal fremitus paru kanan sama dengan kiri
            Perkusi            : Sonor seluruh lapangan paru, batas paru hepar di SIC VI dekstra
            Auskultasi       : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-), ronkhi (-), Wheezing (-/-)
       -    Jantung          
            Inspeksi          : Ictus cordis tidak tampak
            Palpasi            : Ictus cordis tak kuat angkat
            Perkusi            : Batas atas kiri SIC II LSB
Batas atas kanan SIC II RSB
Batas bawah kiri SIC IV LMC sinistra1 cm lateral
Batas bawah kanan SIC IV RSB
            Auskultasi       : S1 > S2 reguler, bising (-), gallop (-)
8.    Abdomen           
            Inspeksi          : Permukaan datar, tidak membesar, tidak cembung
            Palpasi            : Soeffle, nyeri tekan (-), kembung (-), defans muskular (-), Hepar/Lien tak teraba
            Perkusi            : Timpani
            Auskultasi       : Bising usus (+) Normal

B.       Status Lokalis     
Regio Inguinalis Dextra
Inspeksi        : -    Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah Inguinalis Dextra, diameter ± 2 cm.
-       Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri
-       Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
-       Tidak terdapat fistel
Palpasi          : -    Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
-       Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring
-       Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari
-       Bila anulus inguinalis ditekan keluar benjolan
-       Uji Transiluminasi (-)
-       Fluktusi (-), ball ping pong fenomena (-), undulasi (-)

I.4. Resume
A.  Anamnesis
Pasien laki-laki umur 53 tahun datang dengan keluhan :
-       Terdapat benjolan pada lipat paha kanan sebesar telur puyuh
-       Benjolan ada sejak ± 1 tahun yang lalu
-       Benjolan jelas nampak saat pasien menangis, batuk, bersin, mengedan dan bila diberdirikan
-       Saat berbaring, benjolan hilang atau tidak nampak
-       Tidak bertambah gelisah dan kesakitan bila benjolan ditekan
-       Perut pasien tidak kembung
-       Jarang menangis
-       Tidak sering terlihat gelisah
-       Tidak disertai mual ataupun muntah

B.   Pemeriksaan Fisik
          Status Generalisata : Dalam batas normal
          Regio Inguinalis Dextra
Inspeksi                    : -    Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah Inguinalis Dextra, diameter ± 2 cm.
-       Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri
-       Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
-       Tidak terdapat fistel
Palpasi          : -    Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
-       Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring
-       Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari
-       Bila anulus inguinalis ditekan keluar benjolan
-       Uji Transiluminasi (-)
-       Fluktusi (-), ball ping pong fenomena (-), undulasi (-)

I.5. DIAGNOSA KERJA
Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibel

I.6. DIAGNOSIS BANDING
Abses Inguinalis
 Limphadenitis
I.8. TERAPI
Operatif          : Herniotomy

I.9. Prognosis :
Dubia ad bonam.
                                                            BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Pendahuluan
            Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan / Locus Minoris Resistentiae (LMR). Bagian-bagian hernia meliputi pintu hernia, kantong hernia, leher hernia dan isi hernia.
            Sedangkan dikatakan hernia inguinalis lateral apabila hernia tersebut melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai scrotum. Hernia inguinalis disebut juga hernia scrotalis bila isi hernia sampai ke scrotum.
            Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia didapat atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya seperti diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.
            Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga disebut hernia ireponibel. Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol ke luar melalui dinding perut, pinggang atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lobang dalam rongga perut seperti Foramen Winslow, resesus rektosekalis atau defek dapatan pada mesentrium umpamanya setelah anastomosis usus.
            Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.

HERNIA INGUINALIS
II. 2. Definisi
            Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateral/internus)
dan mengikuti jalannya spermatic cord di canalis inguinalis serta dapat melalui anulus inguinalis subcutan (externus), sampai scrotum

II. 3. Etiologi
            Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya menjadi penyebab timbulnya hernia inguinalis. Disepakati adanya 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis yaitu meliputi:
a. Processus vaginalis persistent
            Hernia mungkin sudah tampak sejak bayi tapi kebanyakan baru terdiagnosis sebelum pasien mencapai usia 50 tahun. Sebuah analisis dari statistik menunjukkan bahwa 20% laki-laki yang masih mempunyai processus vaginalis hingga saat dewasanya merupakan predisposisi hernia inguinalis
b. Naiknya tekanan intra abdominal secara berulang
            Naiknya tekanan intra abdominal biasa disebabkan karena batuk atau tertawa terbahak-bahak, partus, prostat hipertrofi, vesiculolitiasis, carcinoma kolon, sirosis dengan asites, splenomegali massif merupakan factor resiko terjadinya hernia inguinalis.
            Pada asites, keganasan hepar, kegagalan fungsi jantung, penderita yang menjalani peritoneal dialisa menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal sehingga membuka kembali processus vaginalis sehingga terjadi hernia indirect.
c. Lemahnya otot-otot dinding abdomen

II. 4. Anatomi Regio Inguinalis
Anatomi Hernia
·        Kulit, subkutaneus fat & fascia superfisialis
·        Aponeurosis MOE
·        MOI dan transverses abdominis serta conjoint tendon
·        Fascia dan musculus cremaster
·        Funiculus spermaticus
-          Arteri spermatica
-          Vena spermatica
-          Vas deferens
·        Processus vaginalis
·        Ligamentum inguinale
·        Arteri epigastrica inferior
·        Trigonum Hasselbach
·        Fascia m. transverses abdominis, annulus inguinalis internus, pre-peritoneal fat, peritoneum
                                  
II. 5. Gambaran Klinis
            Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Dari anamnesis secara alloanamnesis dari orang tua pasien didapat benjolan sebesar telur puyuh di lipat paha kiri. Benjolan ini menurut orang tua pasien ada sejak ± 4 bulan yang lalu. Keluhan ini timbul pada waktu pasien menangis, batuk, bersin, mengedan dan bila diberdirikan. Namun ketika pasien berbaring, benjolan hilang atau tidak nampak. Sehingga pasien ini menderita hernia yang sifatnya reponibel.
            Pasien ini tidak sering menangis, tidak terlihat gelisah dan perutnya tidak kembung sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan hernia strangulata. Pasien ini juga tidak mual, muntah dan tidak terasa kesakitan sehingga dapat menyingkirkan hernia inkaserata.
            Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
·         Status generalis dalam batas normal
·         Status lokalis :
Regio Inguinalis Dextra
·           Inspeksi : -  Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah inguinalis dextra.
-       Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri.
-       Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya.
-       Tidak terdapat fistel. 
·           Palpasi :  -  Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-).
-       Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring.
-       Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari.
-       Bila annulus inguinalis ditekan keluar benjolan.
-       Uji Transiluminasi (-).
-       Fluktusi (-), ball ping pong fenomena (-), undulasi (-).

             
II. 6. Penatalaksanaan
            Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Tujuan dari operasi adalah reposisi isi hernia, menutup pintu hernia untuk menghilangkan LMR, dan mencegah residif dengan memperkuat dinding perut. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomy, hernioraphy, dan hernioplasty.
            Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi ke cavum abdomen seperti semula. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioraphy leher hernia diikat dan digantungkan pada conjoint tendon (pertemuan m. transverses internus abdominis dan m. obliqus intenus abdominis). Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
            Pada bayi dan anak-anak dengan hernia kongenital lateral yang faktor penyebab adanya prosesus vaginalis yang tidak menutup sedangkan anulus inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat, hanya dilakukan herniotomi tanpa hernioplastik.
            Pada operasi hernia inguinalis, ada 3 prinsip yang harus diperhatikan, yaitu eksisi kantong hernia, ligasi tinggi kantong hernia, dan repair dinding kanalis inguinalis.
Tehnik operasi
·        Insisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinal ke tuberculum pubicum
·        Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE → tampak crus medial dan lateral yg merupakan annulus eksternus
·        Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau, dengan bantuan pinset anatomis dan gunting dibuka lebih lanjut ke cranial sampai annulus internus dan ke kaudal sampai membuka annulus inguinal eksternus.
·        Funiculus dibersihkan, kemudian digantung dengan kain kasa dibawa ke medial, sehingga tampak kantong peritoneum
·        Peritoneum dijepit dengan 2 pinset → dibuka → usus didorong ke cavum abdomen dengan melebarkan irisan ke proksimal sampai leher hernia. Kantong sebelah distal dibiarkan
·        Leher hernia dijahit dengan kromik   → ditanamkan di bawah conjoint tendon dan digantungkan.
·        Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara:
Ferguson
         Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis MOI dan transverses dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di dorsalnya, kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.
Bassini
         MOI dan transverus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, funiculus diletakkan disebelah ventral → aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga kanalis inguinalis tetap ada. Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang canalis sehingga LMR hilang
Halsted
         Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m. transverses abdominis, untuk memperkuat / menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan di subkutis.
            Tehnik operasi terbaru pada hernia inguinalis adalah menggunakan mesh, suatu materi prostese yang digunakan untuk memperkuat otot-otot di region inguinalis sehingga mengurangi timbulnya residif.
Keuntungan pemakaian mesh antara lain:
·        Aman, terutama pada pasien dengan penyakit penyerta kronik
·        Efektif dan kuat
·        Penyembuhan berlangsung lebih cepat
·        Nyeri pasca operasi minimal
·        Jarang menimbulkan komplikasi

II. 7. Prognosis
             dari hernia jenis ini baik. Insidens residif bergantung pada umur, letak hernia, teknik hernioplastik atau herniotomi yang dipilih. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat jarang residif.
            Sebenarnya residif lebih banyak terjadi pada hernia inguinalis medialis dibandingkan hernia inguinalis lateralis. Penyebab hernia inguinalis residif antara lain:
-          Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia
-          Terjadinya infeksi pada luka operasi
-          Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal
-          Kesalahan tehnik operasi, misalnya ketegangan penjahitan serta terjadinya kekurangan dalam menutup annulus inguinalis internus.

II. 8. Komplikasi
1.      Perlekatan / hernia akreta
2.      Hernia irreponibel
3.      Jepitan → vaskularisasi terganggu→iskhemi→gangren→nekrosis
4.      Infeksi
5.      Obstipasi→obstruksi / konstipasi
6.      Hernia incarserata  

III. 1. Anamnesis
            Dari anamnesis secara alloanamnesis dari orang tua pasien didapat benjolan sebesar telur puyuh di lipat paha kiri. Benjolan ini menurut orang tua pasien ada sejak ± 4 bulan yang lalu. Keluhan ini timbul pada waktu pasien menangis, batuk, bersin, mengedan dan bila diberdirikan. Namun ketika pasien berbaring, benjolan hilang atau tidak nampak. Sehingga pasien ini menderita hernia yang sifatnya reponibel.
            Pasien ini tidak sering menangis, tidak terlihat gelisah dan perutnya tidak kembung sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan hernia strangulata. Pasien ini juga tidak mual, muntah dan tidak terasa kesakitan sehingga dapat menyingkirkan hernia inkaserata.

III. 2. Pemeriksaan Fisik
            Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
·         Status generalis dalam batas normal
·         Status lokalis :
Regio Inguinalis Dextra
·           Inspeksi : -  Terlihat benjolan sebesar telur puyuh berdiameter ± 2 cm di daerah inguinalis dextra.
-       Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri.
-       Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya.
-       Tidak terdapat fistel. 
·           Palpasi :  -  Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-).
-       Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring.
-       Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari.
-       Bila annulus inguinalis ditekan keluar benjolan.
-       Uji Transiluminasi (-).
-       Fluktusi (-), ball ping pong fenomena (-), undulasi (-)

III. 3.  Pendekatan Terapi
       Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Tujuan dari operasi adalah reposisi isi hernia, menutup pintu hernia untuk menghilangkan LMR, dan mencegah residif dengan memperkuat dinding perut. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomy, hernioraphy, dan hernioplasty

Pengertian
Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat atau kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ.
Istilah hernia berasal dari bahasa Yunani “ERNOS” yang berarti penonjolan.
B.     Macam – macam hernia.
Ditinjau dari letaknya, hernia dibagi menjadi 2 golongan :
1.      Hernia eksterna.
Hernia yang tonjolannya tampak dari luar yaitu hernia inguinalis lateralis (indirek), hernia inguinalis medialias (direk), hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia supra umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan lain – lain.
2.      Hernia interna
Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz.
Hernia inguinalis lateralis  inakserata merupakan hernia yang sering atau paling banyak didapat terutama pada laki – laki, dengan bentuknya bulat lonjong. Disebut inkaserata karena hernia yang isi kantongnya tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai gangguan passage dan atau vaskularisasi.
C.     Penyebab.
Penyebab terjadinya hernia ada dua yaitu :
1.      Kongenital
Terjadi sejak lahir.
2.      Didapat (acquired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.
D.    Patologi anatomi
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal lain atau organ ekstraperitoneal seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli – buli. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ -  organ lain misalnya paru dan sebagainya.
Pada hernia inguinal lateralis (indirek) lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis dan mengikuti kora spermatikus (pria) atau ligamen sekitar (wanita). Ini diakibatkan gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup testis turun ke dalam skrotum atau fiksasi ovarium.
Pada pertumbuhan janin (+ 3 minggu) testis yang mula – mula terletak di atas mengalami penurunan (desensus) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun melewati inguinal sampai skrotum prossesus  vaginalis peritoneal yang terbuka dan berhubungan dengan rongga peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis sampai pada skrotum, prossesus vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi). Bila ada gangguan obliterasi maka seluruh prossesus vaginalis peritoneal terbuka, terjadilah hernia inguinalis lateralis.  Hernia inguinalis lateralis lebih sering didapatkan dibagian kanan (+ 60 %). Hal ini disebabkan karena proses desensus dan testis kanan lebih lambat dibandingkan dengan yang kiri.
E.     Tanda dan gejala
Pasien mengeluh benjolan pada lipat paha atau perut di bagian bawah. Benjolan dapat keluar dan masuk di daerah kemaluan, kadang – kadang terasa kemeng. Bisa terjadi obstruksi usus seperti bising usus nada tinggi sampai tak ada, mual dan muntah.
F.      Penatalaksanaan.
1.      Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :
a.       Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b.      Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan pembedahan, dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
2.      Manajemen keperawatan
a.       Pre operasi :
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan (pembengkakan) di daerah inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya. Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul adalah gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan resiko tinggi terjadi reinkarserata.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat tidur ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intraabdominal : batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
b.      Post operasi :
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko tinggi infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi, dan pendidikan pasien untuk perencanaan pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar